Manusia Sebagai Citra Allah

Manusia diciptakan ‘menurut gambaran Allah’

The Giselbertus Adam & Eve Alabasters in the collection of the Yuko Nii Foundation 12th-18th C. . These YNF alabasters of the 12th century Autun Cathedral Adam and Eve lintels may be the only surviving replica of this Giselbertus Adam masterpiece, which makes it significant. No other drawings or other copies of the Giselbertus Adam have been seen in our time in any library or museum.

“Eve has a seductive quality that no other 12th century artist has equaled. If the other block (Adam) had survived, we would most certainly have had in it the completion of a great masterpiece” Introduction to Giselbertus Sculptor of Autun by T. S. R. Boase, President of Magdalen College, Oxford,
The Orion Press, 1961
18 March 2015

Citra Allah adalah sebutan bagi manusia, baik laki-laki dan perempuan yang dipanggil untuk mewujudkan cinta ilahi.


Katekismus Gereja Katolik mengajarkan, maksud manusia diciptakan menurut gambaran Allah (lih. Kej 1:26-27), adalah sebagai berikut:

KGK 355     

“Allah menciptakan manusia itu menurut citra-Nya, menurut citra Allah diciptakan-Nya dia: laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka” (Kej 1:27). Manusia menduduki tempat khusus dalam ciptaan:
  • ia diciptakan “menurut citra Allah” (I); 
  • dalam kodratnya bersatulah dunia rohani dan dunia jasmani (II); 
  • ia diciptakan “sebagai laki-laki dan perempuan” (III); 
  • Allah menjadikan dia sahabat-Nya (IV).


ثُمَّ قالَ اللهُ: «لِنَخلِقِ النّاسَ  عَلَى صُورَتِنا وَكَمِثالِنا. وَلْيَسُودوا عَلَى سَمَكِ البَحْرِ وَطُيُورِ السَّماءِ وَالمَواشِي وَالحَيَواناتِ البَرِّيَّةِ عَلَى الأرْضِ وَعَلَى كُلِّ زاحِفٍ يَزْحَفُ عَلَى الأرْضِ.»

ثُمَّ قَالَ اللهُ: «لِنَصْنَعِ الإِنْسَانَ عَلَى صُورَتِنَا، كَمِثَالِنَا، فَيَتَسَلَّطَ عَلَى سَمَكِ الْبَحْرِ، وَعَلَى طَيْرِ السَّمَاءِ، وَعَلَى الأَرْضِ، وَعَلَى كُلِّ زَاحِفٍ يَزْحَفُ عَلَيْهَا».

וַיֹּ֣אמֶר אֱלֹהִ֔ים נַֽעֲשֶׂ֥ה אָדָ֛ם בְּצַלְמֵ֖נוּ כִּדְמוּתֵ֑נוּ וְיִרְדּוּ֩ בִדְגַ֨ת הַיָּ֜ם וּבְע֣וֹף הַשָּׁמַ֗יִם וּבַבְּהֵמָה֙ וּבְכָל־הָאָ֔רֶץ וּבְכָל־הָרֶ֖מֶשׂ הָֽרֹמֵ֥שׂ עַל־הָאָֽרֶץ׃

上帝说:“我们要照着我们的形象,按着我们的样子造人,让他们管理海里的鱼、空中的鸟和地上的牲畜及一切爬虫。”

그러고서 하나님은 “우리의 모습을 닮은 사람을 만들어 바다의 고기와 공중의 새와 가축과 온 땅과 땅에 기어다니는 모든 생물을 지배하게 하자” 하시고

et ait: Faciamus hominem ad imaginem et similitudinem nostram: et praesit piscibus maris, et volatilibus caeli, et bestiis, universaeque terrae, omnique reptili, quod movetur in terra.

Then God said, “Let us make mankind in our image, in our likeness, so that they may rule over the fish in the sea and the birds in the sky, over the livestock and all the wild animals,[a] and over all the creatures that move along the ground.”

Gusti Allah banjur ngandika: “Mara Kita akarya manungsa kang mirib gambar lan pasemon Kita, iku pada nguwasanana iwak ing segara, manuk ing awang-awang, lan kewan ingon tuwin bumi iki kabeh sarta marang sarupane kewan kang gumremet ana ing bumi.”

Allah ngandika, "Ayeuna Urang nyieun manusa, masing nyeples sarimbag jeung Urang. Urang sina murba ka bangsa lauk, ka bangsa manuk jeung ka bangsa sasatoan, boh sato piaraanana, boh sato leuweungna, nu galede, nu laleutik."

(VII.) Dung i mangkuling muse ma Debata: Tole ma, itatompa ma jolma, tumiru rupanta, tudos tu pangalahonta, asa dirajai dengke angka na di laut, dohot pidong angka na martongatonga langit, dohot angka dorbia, ro di sandok tano on nang sude gulokgulok, angka na manjirir di atas tano on.

Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar (tselem) dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi."
Kejadian 1:26

(צֶלֶם) tselem <06754>

1) image 
1a) images (of tumours, mice, heathen gods) 
1b) image, likeness (of resemblance) 
1c) mere, empty, image, semblance (fig.)

(דְּמוּת) d@muwth <01823>

1) likeness, similitude adv 
2) in the likeness of, like as



فَخَلَقَ اللهُ النّاسَ عَلَى صُورَتِهِ. عَلَى صُورَتِهِ خَلَقَهُمْ ذَكَراً وَأُنْثَى.

فَخَلَقَ اللهُ الإِنْسَانَ عَلَى صُورَتِهِ. عَلَى صُورَةِ اللهِ خَلَقَهُ. ذَكَراً وَأُنْثَى خَلَقَهُمْ.

וַיִּבְרָ֨א אֱלֹהִ֤ים׀ אֶת־הָֽאָדָם֙ בְּצַלְמ֔וֹ בְּצֶ֥לֶם אֱלֹהִ֖ים בָּרָ֣א אֹת֑וֹ זָכָ֥ר וּנְקֵבָ֖ה בָּרָ֥א אֹתָֽם׃

上帝就照着自己的形象造了人,祂照着自己的形象造了男人和女人。

자기 모습을 닮은 사람, 곧 남자와 여자를 창조하셨다.

Et creavit Deus hominem ad imaginem suam: ad imaginem Dei creavit illum, masculum et feminam creavit eos.

So God created man in His own image, in the image of God created He him; male and female created He them.

Gusti Allah tumuli nitahake manungsa miturut gambare, anggone nitahake mirib gambaring Allah, lanang karo wadon anggone nitahake.

Lajeng Allah ngadamel bangsa manusa nyeples Mantenna. Ngadamelna lalaki jeung awewe.

Jadi ditompa Debata ma jolma i tumiru rupana, rupana ditiruanhon Debata laho manompa ibana, baoa dohot boruboru nasida ditompa.

Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar (tselem)-Nya, menurut gambar (tselem) Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.
Kejadian 1:27

(צֶלֶם) tselem <06754>

1) image
1a) images (of tumours, mice, heathen gods)
1b) image, likeness (of resemblance)
1c) mere, empty, image, semblance (fig.)



Menurut gambaran Allah

KGK 356     

Dari segala ciptaan yang kelihatan, hanya manusia yang “mampu mengenal dan mencintai Penciptanya(Gaudium et Spes/GS 12,3): ialah “yang di dunia merupakan satu-satunya makhluk, yang Allah kehendaki demi dirinya sendiri” (GS 24,3): hanya dialah yang dipanggil, supaya dalam pengertian dan cinta mengambil bagian dalam kehidupan Allah. Ia diciptakan untuk tujuan ini, dan itulah dasar utama bagi martabatnya…”

(Manusia diciptakan menurut gambar Allah)

Kaum beriman maupun tak beriman hampir sependapat, bahwa segala sesuatu di dunia ini harus diarahkan kepada manusia sebagai pusat dan puncaknya.
Apakah manusia itu? Di masa silam dan sekarang pun ia mengemukakan banyak pandangan tentang dirinya, pendapat-pendapat yang beraneka pun juga bertentangan: seringkali ia menyanjung-nyanjung dirinya sebagai tolok ukur yang mutlak, atau merendahkan diri hingga putus asa; maka ia serba bimbang dan gelisah. Gereja ikut merasakan kesulitan-kesulitan itu secara mendalam. Diterangi oleh Allah yang mewahyukan Diri, Gereja mampu menjawab kesukaran-kesukaran itu, untuk melukiskan keadaan manusia yang sesungguhnya, menjelaskan kelemahan-kelemahannya, sehingga serta merta martabat dan panggilannya dapat dikenali dengan cermat.

Adapun kitab suci mengajarkan bahwa manusia diciptakan “menurut gambar Allah”; ia mampu mengenal dan mengasihi Penciptanya; oleh Allah manusia ditetapkan sebagai tuan atas semua makhluk di dunia ini Lih. Kej 1:26; Keb 2:23., untuk menguasainya dan menggunakannya sambil meluhurkan Allah Lih. Sir 17:3-10.. “Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau menjadikannya berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya” (Mzm 8:5-7).
Tetapi Allah tidak menciptakan manusia seorang diri: sebab sejak awal mula “Ia menciptakan mereka pria dan wanita” (Kej 1:27). Rukun hidup mereka merupakan bentuk pertama persekutuan antar pribadi. Sebab dari kodratnya yang terdalam manusia bersifat sosial; dan tanpa berhubungan dengan sesama ia tidak dapat hidup atau mengembangkan bakat-pembawaannya.
Maka, seperti kita baca pula dalam Kitab suci, Allah melihat “segala sesuatu yang telah dibuat-Nya, dan itu semua amat baiklah adanya” (Kej 1:31).

GS 12

(Sifat kebersamaan panggilan manusia dalam rencana Allah)
Allah, yang sebagai Bapa memelihara semua orang, menghendaki agar mereka semua merupakan satu keluarga, dan saling menghadapi dengan sikap persaudaraan. Sebab mereka semua diciptakan menurut gambar Allah, yang “menghendaki segenap bangsa manusia dari satu asal mendiami seluruh muka bumi” (Kis 17:26). Mereka semua dipanggil untuk satu tujuan yang sama, yakni Allah sendiri.
Oleh karena itu cinta kasih terhadap Allah dan sesama merupakan perintah yang pertama dan terbesar. Kita belajar dari Kitab suci, bahwa kasih terhadap Allah tidak terpisahkan dari kasih terhadap sesama: “… sekiranya ada perintah lain, itu tercakup dalam amanat ini: Hendaknya engkau mengasihi sesamamu seperti dirimu sendiri … jadi kepenuhan hukum ialah cinta kasih” (Rom 13:9-10; lih. 1Yoh 4:20). Menjadi makin jelaslah, bahwa itu sangat penting bagi orang-orang yang semakin saling tergantung dan bagi dunia yang semakin bersatu.
Bahkan ketika Tuhan Yesus berdoa kepada Bapa, supaya “semua orang menjadi satu …, seperti kita pun satu” (Yoh 17:21-22), dan membuka cakrawala yang tidak terjangkau oleh akalbudi manusiawi, ia mengisyaratkan kemiripan antara persatuan Pribadi-Pribadi ilahi dan persatuan putera-puteri Allah dalam kebenaran dan cinta kasih. Keserupaan itu menampakkan, bahwa manusia, yang di dunia ini merupakan satu-satunya makhluk yang oleh Allah dikehendaki demi dirinya sendiri, tidak dapat menemukan diri sepenuhnya tanpa dengan tulus hati memberikan dirinya Lih. Luk 17:33..
GS 24


KGK 357    

Karena ia diciptakan menurut citra Allah, manusia memiliki martabat sebagai pribadi: ia bukan hanya sesuatu, melainkan seorang. Ia mampu mengenal diri sendiri, menjadi tuan atas dirinya, mengabdikan diri dalam kebebasan dan hidup dalam kebersamaan dengan orang lain, dan karena rahmat ia sudah dipanggil ke dalam perjanjian dengan Penciptanya, untuk memberi kepada-Nya jawaban iman dan cinta, yang tidak dapat diberikan suatu makhluk lain sebagai penggantinya.

KGK 358    

Tuhan menciptakan segala sesuatu untuk manusia (Bdk. GS 12,1; 24,2; 39,1), tetapi manusia itu sendiri diciptakan untuk melayani Allah, untuk mencintai-Nya dan untuk mempersembahkan seluruh ciptaan kepada-Nya:
“Makhluk manakah yang diciptakan dengan martabat yang demikian itu? Itulah manusia, sosok yang agung, yang hidup dan patut dikagumi, yang dalam mata Allah lebih bernilai daripada segala makhluk. Itulah manusia; untuk dialah langit dan bumi dan lautan dan seluruh ciptaan. Allah sebegitu prihatin dengan keselamatannya, sehingga Ia tidak menyayangkan Putera-Nya yang tunggal untuk dia. Allah malahan tidak ragu-ragu, melakukan segala sesuatu, supaya menaikkan manusia kepada diri-Nya dan memperkenankan ia duduk di sebelah kanan-Nya” (Yohanes Krisostomus, Serm. in Gen. 2,1).

KGK 359    

“Sesungguhnya hanya dalam misteri Sabda yang menjelmalah misteri manusia benar-benar menjadi jelas(GS 22,1).
“Rasul Paulus berbicara mengenai dua manusia, yang merupakan asal-usul umat manusia: Adam dan Kristus… Paulus mengatakan: ‘Adam, manusia pertama, menjadi makhluk hidup duniawi. Adam terakhir menjadi Roh yang menghidupkan’. Yang pertama diciptakan oleh Yang terakhir, dan juga mendapat jiwa dari Dia, supaya ia menjadi hidup… Adam terakhir inilah, yang mengukir citra-Nya atas yang pertama waktu pembentukan. Karena itulah, maka ia menerima sosok tubuhnya dan menerimanya, supaya Ia tidak kehilangan, apa yang Ia jadikan menurut citra-Nya. Adam pertama, Adam terakhir: Yang pertama mempunyai awal, yang terakhir tidak mempunyai akhir, karena yang terakhir ini sebenarnya yang pertama. Dialah yang mengatakan ‘Aku adalah Alfa dan Omega'” (Petrus Krisologus, sermo 117).

KGK 360     

Umat manusia merupakan satu kesatuan karena asal yang sama. Karena Allah “menjadikan dari satu orang saja semua bangsa dan umat manusia” (Kis 17:26) Bdk. Tob 8:6..
Pandangan yang menakjubkan, yang memperlihatkan kepada kita umat manusia dalam kesatuan asal yang sama dalam Allah… dalam kesatuan kodrat, bagi semua disusun sama dari badan jasmani dan jiwa rohani yang tidak dapat mati dalam kesatuan tujuan yang langsung dan tugasnya di dunia; dalam kesatuan pemukiman di bumi, dan menurut hukum kodrat semua manusia berhak menggunakan hasil-hasilnya, supaya dengan demikian bertahan dalam kehidupan dan berkembang; dalam kesatuan tujuan adikodrati: Allah sendiri, dan semua orang berkewajiban untuk mengusahakannya: dalam kesatuan daya upaya, untuk mencapai tujuan ini;… dalam kesatuan tebusan, yang telah dilaksanakan Kristus untuk semua orang” (Pius XII Ens. “Summi Pontificatus”) Bdk. NA 1.

KGK 361    

Hukum solidaritas dan cinta ini” (ibid.) menegaskan bagi kita, bahwa kendati keaneka-ragaman pribadi, kebudayaan dan bangsa, semua manusia adalah benar-benar saudara dan saudari.

KGK 362     

Pribadi manusia yang diciptakan menurut citra Allah adalah wujud jasmani sekaligus rohani. Teks Kitab Suci mengungkapkan itu dalam bahasa kiasan, apabila ia mengatakan: “Allah membentuk manusia dari debu tanah dan menghembuskan napas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup” (Kej 2:7). Manusia seutuhnya dikehendaki Allah.

KGK 380    

“Engkau menjadikan manusia menurut gambaran-Mu, Engkau menyerahkan kepadanya tugas menguasai alam raya; agar dengan demikian dapat mengabdi kepada-Mu, satu-satunya Pencipta” (MR, Doa Syukur Agung IV 118).

KGK 1702    

Citra Allah hadir dalam setiap manusia. Ia menjadi tampak dalam persekutuan manusia yang menyerupai kesatuan Pribadi-pribadi ilahi.


Jadi Gereja Katolik mengajarkan bahwa manusia diciptakan menurut gambaran Allah, yang artinya adalah: 
  1. manusia dapat mengenal dan mengasihi Penciptanya; 
  2. manusia adalah seorang pribadi, bukan hanya ‘sesuatu’, 
  3. manusia diciptakan untuk menguasai alam dan melayani Tuhan yang telah menciptakan segala sesuatu untuknya, 
  4. misteri tentang manusia hanya dapat dipahami dengan mengacu kepada misteri Sang Sabda yang menjelma menjadi manusia, 
  5. umat manusia merupakan satu kesatuan, karena mempunyai asal yang sama yaitu Allah, 
  6. maka semua manusia adalah saudara dan saudari di dalam Tuhan; 
  7. manusia merupakan mahluk rohani, walaupun ia mempunyai tubuh jasmani.

Nah, selanjutnya manusia dipanggil Allah untuk mengambil bagian di dalam misteri Trinitas, yaitu dengan memberikan diri secara total atas dasar kasih, entah melalui kehidupan perkawinan ataupun selibat untuk Kerajaan Allah.



https://id.wikipedia.org/wiki/Citra_Allah
http://www.katolisitas.org/arti-manusia-diciptakan-menurut-gambaran-allah/
http://www.katolisitas.org/konstitusi-gaudium-et-spes/#_edn9



KGK 1702

Citra Allah hadir dalam setiap manusia. Ia menjadi tampak dalam persekutuan manusia yang menyerupai kesatuan Pribadi-pribadi ilahi.

KGK 1703    

Karena ia mempunyai "jiwa yang bersifat rohani dan kekal abadi" (GS 14), maka "manusia... merupakan satu-satunya makhluk di dunia ini... yang oleh Allah dikehendaki demi dirinya sendiri" (GS 24,3). Sudah sejak pembuahannya, ia telah ditentukan untuk kebahagiaan abadi.



http://ekaristi.org/kat/index.php?q=1700-1716



Attribuée à Gislebert, La Tentation d’Ève (vers 1130), bas-relief, Autun, musée Rolin.

 Eve (Remy LaCroix)
The Temptation of Eve (2013 Video)

The Temptation of Eve (2013 Video)






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Citra Allah (צֶלֶם אֱלֹהִים‎)(صُورَةِ اللهِ)

Falsafah Ngopi (Ngolah Pikiran)